KTQS # 1834
SIKAP OPTIMIS ARTINYA TELAH BERBAIK SANGKA KEPADA ALLAH DAN MERUPAKAN SIFAT ORANG BERIMAN
Dari Anas Bin Malik radhiyallahu anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
Tidak ada penyakit menular (sendiri), tidak ada thiyarah (sikap pesimis), dan aku terbuat kagum oleh fa’l (sikap optimis). Para sahabat bertanya: apa itu fa’l? Beliau menjawab: kata-kata yang baik. (HR. BUKHARI 5756 dan MUSLIM 2224)
Al Fa’l memiliki makna optimis yaitu, orang yang selalu berpengharapan (berpandangan) baik dalam menghadapi segala hal. Dalam bahasa Arab sendiri, sikap optimis, atau selalu berpandangan positif terhadap apa yang sedang, sudah, atau akan terjadi, dinamai dengan al-fa’l atau at-tafa’ul. Dalam bahasa Arab, lawan dari at-tafa’ul adalah as-syu’m atau at-Tasyaa’um, yaitu pesimis.
Dalam Al-qaul Al-mufid ala kitab at-tauhid 1/570, berkata Ibnu Utsaimin :
Ucapan beliau: “…dan aku terbuat kagum oleh fa’l (sikap optimis)” yakni menggembirakan aku. Fa’l diterangkan oleh beliau dengan perkataannya: “kata-kata yang baik”. Kata-kata yang baik membuat beliau shallallahu alaihi wa sallam kagum, karena padanya memasukkan kegembiraan pada diri dan berseri-seri, dan terus melangkahkan kaki terhadap apa yang dikerjakan oleh seorang insan, ini bukanlah termasuk thiyarah (pesimis), bahkan ini termasuk yang mendorong seorang insan (untuk melangkah kepada apa yang ia kerjakan), kerana itu tidak mempengaruhinya, bahkan menambah ketenangannya, melangkahkan kaki kepada apa yang ia tuju dan mendatanginya dengan sambutan.
Makna hadits : kata-kata yang baik dalam segala sesuatu, hakikatnya membuka hati dan menjadikan muncul kebaikan-kebaikan yang banyak, hingga ia memasukan seseorang dalam kumpulan orang-orang yang berakhlak mulia.
Karenanya kita harus Husnuzhan kepada Allah, itulah yang diajarkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada kita.
Dalam hadits qudsi Allah Subhanahu wa Ta’ala megatakan “Aku sesuai persangkaan hamba-Ku”, hingga bagaimana balasan mengingat Allah dibahas dalam hadits dari Kitab Riyadhus Sholihin :
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat)“. (Muttafaqun ‘alaih, HR. Bukhari, no. 6970 dan Muslim, no. 2675)
Allahu yubarik fiik.