KTQS # 1833
HIKMAH DIBALIK WABAH CORONA BERAMAL SESUAI TUNTUNAN NABI
Dimasa-masa sejak awal tahun 2020 kaum muslimin melakukan physical distancing dengan tujuan untuk memutus rantai penyebaran virus covid-19, menyebabkan banyak amalan-amalan yang ditinggalkan untuk sementara waktu, yang dahulu menjadi amalan rutin.
Diantaranya adalah:
– Meninggalkan shalat berjamaah di masjid dan melakukannya di rumah.
– Meninggalkan shalat jum’at di masjid dan menggantinya dengan shalat dhuhur.
– Menuntut ilmu di majelis-majelis dan menggantinya dengan belajar melalui radio atau siaran streaming.
– Meninggalkan untuk bertemu dan berkumpul bersama kerabat dan saudara-saudara kaum muslimin dan tinggal di rumah.
Namun kita melakukan itu demi menjalankan syariat islam agar:
– Melakukan isolasi sebagaimana yang diperintahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
– Menerapkan kaedah “Laa Dharar Walaa Dhirar”, tidak boleh melakukan sesuatu yang memudaratkan baik diri mahupun orang lain.
– Menerapkan kaedah “menolak kemudaratan lebih didahulukan ketimbang mengharapkan sebuah kemaslahatan”.
Meskipun ada amalan yang ditinggal, namun ketahuilah bahwa selama kita melakukan amalan tersebut dengan menyempurnakan dua syarat: ikhlas kerana Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mengikuti bimbingan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka apa yang kita lakukan akan senantiasa diterima di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan sempurna.
Sebab dalam beramal, yang dilihat bukan kuantitas (jumlah yang banyak) dari suatu amalan, namun kesesuaian amalan tersebut dengan bimbingan Rasul-Nya.
Suatu amalan, meskipun dilakukan dalam jumlah yang banyak, dan pekerjaannya lebih berat, namun bila tidak sesuai bimbingan Nabi, maka amalan itu tidak akan diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Misalnya, seseorang mengerjakan solat maghrib 6 rakaat, dengan alasan bahwa semakin banyak rakaat, maka semakin besar keutamaannya. Maka dipastikan amalan ini tidak diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Seseorang berdzikir setelah solat wajib dengan membaca wirid “Subhanallah”, “Alhamdulillah”, “Allahu Akbar”, masing- masing 1000 kali. maka amalan itu tidak diterima, karena tidak sesuai dengan bimbingan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang hanya menganjurkan untuk membaca masing-masing 33x, sebagaimana yang disebutkan dalam salah satu tuntunan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
Maka, memaksakan diri untuk tetap menegakkan solat berjamaah atau solat jum’at di masjid, atau melakukan dakwah dalam sebuah acara taklim di masjid atau di pondok madrasah, yang dapat menimbulkan kemudaratan bagi diri dan orang lain.
Disertai pula dengan fatwa para ulama untuk meninggalkan solat berjamaah di masjid, dan juga himbauan serta perintah dari pihak pemerintah untuk melakukan physical distancing, demikian pula penjelasan dari para ahli kesehatan tentang bahayanya membuat kerumunan dan kumpulan yang dapat menjadi sebab menyebarnya virus tersebut.
jika itu tetap dilakukan maka merupakan perbuatan yang menyelisihi syariat islam dan bimbingan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Lalu apa yang engkau cari, apakah pahala dari sisi Allah, ataukah sensasi dan pujian dari manusia?
Bila pahala yang engkau cari, maka ikutilah bimbingan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Berkata Abdullah Bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu,
“Sederhana dalam koridor sunnah, lebih baik daripada bersungguh-sungguh dalam amalan bid’ah”
(diriwayatkan Al Lalakaa’I dalam syarah ushul I’tiqad, Ath-Thabarani dalam Al-Kabir)
Bila demikian, maka amalkanlah sunnah Nabi, walaupun terlihat sederhana. (AJ)
Barakallahu fiikum.