KTQS # 1707 HAKIKAT ORANG YANG MANDUL

KTQS # 1707

HAKIKAT ORANG YANG MANDUL

Hadits Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam melalui ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu,

‎قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم : مَا تَعُدُّونَ الرَّقُوبَ فِيكُمْ ؟ قَالَ قُلْنَا الَّذِى لاَ يُولَدُ لَهُ. قَالَ : لَيْسَ ذَاكَ بِالرَّقُوبِ وَلَكِنَّهُ الرَّجُلُ الَّذِى لَمْ يُقَدِّمْ مِنْ وَلَدِهِ شَيْئًا. قَالَ : فَمَا تَعُدُّونَ الصُّرَعَةَ فِيكُمْ. قَالَ قُلْنَا الَّذِى لاَ يَصْرَعُهُ الرِّجَالُ؟ قَالَ : لَيْسَ بِذَلِكَ وَلَكِنَّهُ الَّذِى يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bertanya, “Menurut kalian, siapa orang yang mandul itu ?” ‘Abdullah bin Mas’ud mengatakan, ‘Kami menjawab : Orang yang tidak mempunyai anak’. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab, “Orang yang mandul itu bukan demikian. Akan tetapi orang yang mandul itu adalah seorang laki-laki yang tidak mampu memberikan apapun kepada anaknya”. Beliau Shollallahu ‘alaihi wa Sallam bertata lagi, “Menurut kalian siapa orang yang perkasa itu ?” ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu mengatakan, ‘Kami menjawab : Orang yang perkasa itu adalah lelaki yang tidak terkalahkan’. Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Orang yang perkasa itu adalah orang yang dapat menguasai dirinya ketika marah”. (HR. Muslim no. 2608)

Penjelasan Ibnul Jauziy Rahimahullah mengatakan,

‎دلهم بهذا الحديث على النظر إلى المعاني دون الصور لأنهم ألفوا في كلامهم أن الرقوب الذي يفقد أولاده فأخبرهم أنه الذي يفقد ثواب أولاده في الآخرة

“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menunjukkan bahwa yang dinilai adalah makna (hakiki) bukan hanya makna (yang tampak). Karena makna yang mereka terbiasa pahami bahwasanya orang yang mandul adalah orang yang tidak punya anak. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjelaskan kepada mereka bahwa orang yang mandul (secara hakiki) adalah orang tidak punya pahala dari anak-anaknya ketika di akhirat nanti”. (Lihat Kasyful Musykil hal. 222/I terbitan Darul Wathon, Riyadh, KSA via Syamilah)

Inilah salah satu penjelasan ulama tentang makna potongan hadits diatas.

Seorang laki-laki yang telah menikah tentu sedih ketika Allah ‘Azza wa Jalla menakdirkannya tidak mempunyai anak yang akan melanjutkan keturunannya. Namun yang jauh lebih menyedihkan dari itu semua adalah kehilangan pahala anak kita di akhirat. Allahu a’lam boleh jadi karena kita semasa hidup tidak mengajarkannya Islam yang benar dan nilai-nilai Islam dan lain sebagainya. Sehingga sang anak tumbuh jauh dari Islam dan keta’atan kepada Allah ‘Azza wa Jalla.

Barakallahu fiikum.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *