Kajian Tematis al-Qur’an & as-Sunnah # 458
GHIBAH, FITNAH DAN NAMIMAH
Jangan sakiti saudaramu sesama muslim dgn menyebarkan kabar buruk.
“Dan orang2 yg menyakiti orang2 mukmin laki-laki dan perempuan, tanpa ada kesalahan yg mereka perbuat, maka sungguh mereka telah memikul kebohongan dan dosa yg nyata”. (QS.33:58)
Firman Allah Swt, “Dan janganlah kamu ikuti orang yg banyak bersumpah lagi hina, yg banyak mencela, yg kian kemari menghambur fitnah”. (QS.68:10)
Dosa besar dan akan ditimpa laknat Allah, akibat dari Lidah selain Fitnah ialah Namimah (Menghasut), yakni, menyampaikan pembicaraan seseorang kepada orang lain dgn tujuan menciptakan perselisihan dan fitnah.
Fitnah dan namimah menjauhkan dirinya dari surga. Sabda Rasulullah SAW : “Tidak masuk surga orang yg suka menyebarkan fitnah”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Ghibah / menjelekkan orang lain pun termasuk hal yg dilarang. Rasulullah bersabda melalui Abu Hurairah : “Jika kamu berkata mengenai cerita yg benar berarti kamu melakukan Ghibah, jika tidak benar berarti kamu memfitnahnya”.
Wamin ma’asyi lisan, “Alghibatu”
Dari sebagian maksiat lisan adalah ghibah / menjelekkan orang lain.
“Latair ahadan bima fihi”
Jangan mencela, membicarakan kejelekkan orang lain baik di depannya atau di belakangnya kpd seseorang oleh suatu pembicaraan yg dikerjakan oleh orang yg dibicarakan.
“Wala kafaarotun ligiibati hatta yas tahilu au yastaghfir lahu”
Tidak ada jalan kifarat/taubat kepada orang yg membicarakan kejelekkan orang lain kecuali orang itu meminta halal kepada org yg dibicarakan dan minta maaf.
Syaikh Abdurrahman As Sa’di ra berkata, “Termasuk kesalahan yg berat adalah langsung menerima perkataan sebagian orang yg memburuk burukkan orang lain, lalu timbul benci dan celaan (karena cerita tsb). Dgn inilah dapat diketahui kadar agama seseorang”. (Ar Riyadl An Nadlirah hal 209)