KTQS # 1954
SHAUM ARAFAH TIDAK ADA SANGKUT PAUT NYA DENGAN WUKUF DI ARAFAH
Dalam tarikh dijelaskan shaum Arafah disyari’atkan tahun ke 2 Hijriyah, dan Haji (wukuf di Arafah) disyari’atkan tahun ke 6 Hijriyah. Dalam keterangan lain tahun ke 10 Hijriyah (Zaadul maad II : 101, Manarul qari III : 64)
Jadi tidak ada sangkut paut nya shaum sunah Arafah tanggal 9 Dzulhijjah dengan wukuf di Arafah.
Maka jika seumpamanya pemerintah Arab Saudi menetapkan tanggal 9 Dzulhijjah terjadi pada hari Jum’at, dan Indonesia menetapkan tanggal 9 Dzulhijjah hari Sabtu maka orang Indonesia puasanya hari Sabtu, jangan hari Jum’at, walaupun wukuf terjadi pada hari Jum’at.
Tanggal 9 Dzulhijjah disebut Arafah karena berkaitan dengan peristiwa mimpinya Nabi Ibrahim yang diperintah untuk menyembelih anaknya, dan pada esok harinya, Ibrahim mengetahui bahwa mimpi itu benar-benar dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala maka hari itu disebut Arafah, jauh sebelum Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ada.
Adapun tempat yang dipakai wukuf disebut Arafaat atau Arafah itu berkaitan dengan peristiwa pertemuan antara Nabi Adam dan Hawa di tempat itu, sebagaimana dijelaskan Ibnu Abas: “Dan keduanya ta’aruf di Arafat, karena itu dinamai ‘Arafat”. Iini jelas lebih jauh lagi sebelum Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ada. (Kitab Al-Kamil Fit Tarikh mujallad 1 kaca 12)
Jadi sekali lagi, tidak ada sangkut paut nya shaum sunah Arafah tanggal 9 Dzulhijjah dengan wukuf di Arafah.