KTQS # 1913
I’TIKAF : BUKANLAH YANG DIMAKSUD DENGAN LAILATUL QADAR ADALAH BANYAK SHALAT
Bukanlah yang dimaksud dengan malam lailatul qadar adalah banyak shalat, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah lebih pada bulan ramadhan dan selainnya dari 11 rakaat.
Bukanlah yang dimaksud bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam jika telah masuk sepuluh terakhir ramadhan beliau mengencangkan ikatan sarungnya adalah dengan banyak shalat, bahkan yang dimaksud adalah beritikaf sesuai di dalam sirah nabawiyah beliau.
Bukanlah yang dimaksud adalah ritual-ritual tertentu di malam Lailatul Qadar!
Bukan, bukanlah itu yang dimaksud, sesungguhnya yang dimaksud adalah seorang hamba di malam ini mempersiapkan diri dengan doa dan dzikir, tidakkah engkau lihat pada hadits yang dikeluarkan oleh Tirmidzi no: 3513 dari Aisyah Radhiyallahu Anha beliau berkata :
“Wahai Rasulullah, apa pandanganmu jika aku mengetahui malam manakah lalatul qadar, apa yang aku ucapkan di dalamnya? Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ucapkanlah:
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عُفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
Allahumma Innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annii
“Ya Allah, Engkau Maha Pengampun, menyukai orang yang minta ampunan, maka ampunilah aku”.”
Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah membimbingnya kepada banyak shalat, tidak kepada banyak doa dan tidak kepada ritual ibadah tertentu, sesungguhnya beliau membimbingnya kepada doa ini saja.
Di dalam kitab Muwatta dalam kitab al-Itikaf bab Ma Jaa Fi Lailatil Qadr (Bab tentangLalatul Qadar), dari Malik bahwa telah sampai kepada Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa Said Bin Musayyab berkata:
“Barangsiapa menyaksikan isya dari malam lailatul qadar maka sungguh dia telah mengambil bahagiannya darinya”.
Maksudnya adalah kita bersiap di sepuluh malam terakhir Ramadhan, saat Lailatul Qadr turun kita sedang berdoa melafadzkan doa diatas berulang-ulang sampai sahur tiba, maka insya Allah akan mendapatkan Lailatul Qadr. Masya Allah.
Wa Billahit Taufiq.