KTQS # 1783
REFLEKSI : DENGAN UANG BISA MEMBELI APA SAJA KECUALI KEBAHAGIAAN.
Dengan Uang, Sahabat bisa Membeli Rumah tapi tidak bisa membeli Kebahagiaan didalamnya.
Dengan Uang, Sahabat bisa Membeli Jam tapi tidak bisa Membeli Waktu.
Dengan Uang, Sahabat bisa Membeli Ranjang tapi tidak bisa Membeli Tidur.
Dengan Uang, Sahabat bisa Membeli Asuransi tapi tidak bisa Membeli Keselamatan.
Dengan Uang, Sahabat bisa Membeli Makanan tapi tidak bisa Membeli Kesehatan.
Inilah persoalannya, Sahabat bisa membeli apa saja tapi pada saat yang sama Sahabat tidak bisa membeli apapun untuk kebahagiaan.
Karena sejati nya kebahagiaan itu jika kita memiliki iman.
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (97) }
“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh —baik laki-laki maupun perempuan— dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik: dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan”. (QS. An Nahl : 97)
Maka cara pandang seorang yang paling beriman kepada Allah pun begitu sederhana.
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِى سِرْبِهِ مُعَافًى فِى جَسَدِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا
“Barangsiapa di antara kalian mendapatkan rasa aman di rumahnya (pada diri, keluarga dan masyarakatnya), diberikan kesehatan badan, dan memiliki makanan pokok pada hari itu di rumahnya, maka seakan-akan dunia telah terkumpul pada dirinya”. (HR. Tirmidzi no. 2346, Ibnu Majah no. 4141)
Jangan tukar syarat kebahagiaan itu dengan apa pun, sebab jika diibaratkan Jual beli atau bisnis, yang menukar ‘sebab kebahagian’ dengan ‘kekufuran’ dia adalah orang yang rugi dan bangkrut.
Mereka itulah orang yang membeli kesesatan, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.
“Katakanlah, maukah kalian kuberi tahu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Mereka adalah orang-orang yang sia-sia perbuatannya di dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka telah berbuat sebaik-baiknya”. (QS. Al-Kahfi [18] : 103-104)
Diantara ciri orang yang menderita kerugian dengan kerugian hakiki adalah ia melalaikan kesempatan beramal shaleh dalam kehidupannya. Dia membiarkan kesempatan itu lewat begitu saja, sehingga akhirnya saat kematian tiba, amal kabaikan yang pernah dilakukannya masih sedikit, sementara keburukannya menggunung.
Jika demikian keadaannya, timbangan keburukannya akan mengalahkan timbangan kebaikannya. Orang seperti ini termasuk yang merugi, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
وَالْوَزْنُ يَوْمَئِذٍ الْحَقُّ ۚ فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ ﴿٨﴾ وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَٰئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ بِمَا كَانُوا بِآيَاتِنَا يَظْلِمُون
“Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka barangsiapa berat timbangan kebaikannya, mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan barangsiapa ringan timbangan kebaikannya, maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri”. (qS. Al-A’raf/7:8-9)
Satu yang harus selalu kita ingat, jangan pernah berpaling dari Alquran dan sunnah. Dengan menaati Allah, yakni mengikuti arahan Alquran dan menaati Rasulullah dengan menjalankan sunah, kita tidak hanya terhindar dari kerugian besar di akhirat, tetapi juga akan menggapai keuntungan yang besar. Hal ini sesuai janji Allah Subhanahu wa Ta’ala :
يُّصْلِحْ لَـكُمْ اَعْمَا لَـكُمْ وَيَغْفِرْ لَـكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ فَا زَ فَوْزًا عَظِيْمًا
”Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan, barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya dia telah menggapai keuntungan yang besar”. (QS. Al Ahzab [33] : 71)
Dengan demikian, manfaatkan uang Sahabat agar menjadi menjadi orang yang beruntung, sehingga kebahagiaan akan didapat, ini adalah janji Allah yang akan memberikan keuntungan dan kebahagiaan kepada orang yang pandai sedekah.
KEINGINAN ORANG YANG SUDAH MATI ADALAH KEMBALI KE DUNIA HANYA AGAR BISA BERSEDEKAH.
”Dan Allah sekali-kali TIDAK AKAN MENUNDA KEMATIAN seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Munafiqun 63 : 11)
Jangan sampai kelak menyesali diri, tak ada gunanya karena waktu tak bisa diulang.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam (QS. Al-Munafiqun 63:10) :
Dan INFAK-KANLAH sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu SEBELUM KEMATIAN DATANG kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali) :
“Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan MENUNDA KEMATIANKU SEDIKIT WAKTU LAGI, MAKA AKU (INGIN) DAPAT BERSEDEKAH dan aku akan termasuk orang-orang yang shalih”.
Percayalah !