KTQS # 350-355 Sifat Shalat Nabi

ajian Tematis al-Qur’an
& as-Sunnah # 350-355

Sifat Shalat Nabi

DOA IFTITAH

Doa iftitah adalah doa yang dibaca setelah Takbir dan sebelum membaca al-Fatihah di rakaat pertama saja, ini adalah doa memuji Allah dan menyanjung-Nya, diperintahkan oleh Rasulullah sebagaimana dalam hadits :

“Tidak sempurna shalat seseorang sebelum dia bertakbir, memuji Allah ‘azza wa jalla, menyanjungnya, dan membaca ayat-ayat Al-Quran yang dihafalnya…”. (H.R Abu dawud dan Hakim)

☑ ada 3 macam bacaan doa iftitah yang paling sering Rasulullah Saw baca, yaitu:

1. Allahhuma baa’id baynii wa bayna khathaa yaa ya kamaa baa’ad ta baynal masyriqi wal maghrib. Allahumma naqqinii min khathaa yaa ya kamaa yunaqqatstsawbul abyadhdhu minaddanas, Allahummaghsilnii min khathaa yaa ya bil maa I watstsalji wal barad. (H.R Abu dawud)

2. Wajjahtu wajhiya lilladzii fatharassamaawaati wal ardh hanifammusliman wa maa anaa minal musyrikiina. Inna shalaati wa nusukii wa mahyaa yaw a mamaatii lillaahi rabbil ‘aalamin. Laa syariika lahu wa bidzaa lika umirtu wa anaa awwalul muslimiina. Allahumma antal malik, laa ilaaha illaa antaa subhaa naka wabihamdika anta wa a naa ‘abduka dhalamtu nafsii, wa’ taraftu bidzanbii, faghfirlii dzanbi jamii’an innahu laa yaghfirudzdzunuba illaa anta, wah dinii li ahsanil akhlaaqi laa yahdii liahsanihaa illaa anta, washshrif ‘annii sayyiahaa laa yashshrifu ‘anni sayyiahaa illaa anta labbayka wasa’ dayka, wal khayrukulluhu fii yadayka. Wasysyarru laysa ilayka. Walmahdiyyu man hadayta. Anaa bika ilayka laa manjaa wa laa malja-a minka illaa ilayka. Tabaarakta wa ta’aa layka astaghfiruka wa atuubu ilayk. (HR Muslim)

Imam Syafi’i mengatakan :”…dan supaya ia mengganti (wa ana awwalu mislimin) dengan (wa ana minal muslimin)…dan dibaca lengkap tidak dipotong (wajjahtu…s.d…wa atubu ilaik)”. (Al-Umm 1:92)

3. Subhaanaka Allahumma wabihamdika wa tabaa rakasmuka wa ta’aa laa jadduka wa laa ilaaha ghayruka. (HR Abu dawud dan hakim)

☑ Doa iftitah (waj-jahtu) sampai (wa’ana minal muslimin)

Tidak ada satu pun riwayat, bahwa doa tersebut (doa iftitah no.2 dikajian kemarin) sampai wa’ana minal muslimin saja, jadi harus lengkap sampai wa atubu ilaik. (lihat kitab Syarah al-Muhadzdzab 3:319)

☑ KESIMPULAN

1. Doa Iftitah boleh dibaca dgn memilih salah satu doa iftitah diatas 1-3.

2. Doa iftitah ”Wajahtu…wa’ana minal muslimin” tidak sah. Harus lengkap sampai “…wa atubu ilaik”.

Imam Syafi’I mengatakannya dalam Al-Umm 1:92.

“Dan dgn ini semua (waj-jahtu sampai dgn wa atubu ilaik) aku berpegang, dan aku perintahkan, dan aku suka seorang kerjakannya, sebagaimana diriwayatkan dari Rasulullah saw dan tidak boleh orang meninggalkan sedikitpun darinya, maka jika ia menambah padanya sesuatu atau ia kurangi, aku tidak suka itu”. (Al-Umm 1:92).

3. Kalau ingin membaca doa Iftitah yg singkat, baca yg pendek, jangan membaca yg panjang tapi dipendekkan.

☑ DOA IFTITAH DHAIF :
(Jangan dipakai)

“Allahumma ba’id baini wabaina khathi athi kamaa baa’adta bainal masriki wal maghribi. Allahuma a’udzu bika ‘an tashda’ani wajhuka yaumal qiyamati. Allahumma naqqi ‘an khothiathi kamaa naqqoitas tsaubal abyadhq minad danas. Allahumma ahyini musliman wa amitni musliman”. (HR Ath Thabrani)

Ket : HR. Ath Thabrani, al mu’jamul kabir, VII:310 dari sahabat samurah hadisnya daif karena pada sanadnya ada dua rowi yg tidak dikenal dan lemah yaitu Khubaib bin Sulaiman bin Samurah dan ja’far bin saad bin samurah (lihat taqribut tahdzib, I:140)

BACAAN SAAT I’TIDAL

I’tidal adalah sikap berdiri antara setelah Ruku dan sebelum Sujud.

Ada beberapa bacaan yang pernah dibaca oleh Rasulullah saat berdiri i’tidal ini. Bisa dipilih.

1. Setelah berdiri dari Ruku sambil mengangkat tangan membaca سَمِعَاللهُلِمَنْحَمِدَه Sami’allahulimanhamidah lalu membaca :
رَبَّنَاوَلَكَالْحَمْدُ
“Wahai Rabb kami, hanya untukmulah segala pujian.” (HR. al-Bukhari no. 732 dan Muslim no. 866 dari Abu Hurairah z)

2. Rasulullah kadang membacanya tanpa huruf wawu (HR. Bukhari no. 789), yaitu:
رَبَّنَالَكَالْحَمْدُ

3. Kadang-kadang pula Rasulullah menambahkan kata Allahumma (yang bermakna: Ya Allah) di depan wirid di atas sehingga bacaannya menjadi:
اللَّهُمَّرَبَّنَاوَلَكَالْحَمْدُ
“Ya Allah, Rabb kami, hanya untukmulah segala pujian.” (HR. al-Bukhari no. 795 dari Abu Hurairah z)

4. Atau beliau membacanya tanpa wa :
اللَّهُمَّرَبَّنَالَكَالْحَمْدُ
(HR. Muslim no. 902 dari Abu Musa al-Asy’ari z)

☑ Bacaan I’tidal yang panjang.

Pernah seseorang yg shalat di belakang Rasulullah membaca bacaan doa I’tidal :

رَبَّنَاوَلَكَالْحَمْدُ،حَمْدًاكَثِيْرًاطَيِّبًامُبَارَكًافِيْهِ

“Wahai Rabb kami, hanya untuk-Mu lah segala pujian. Pujian yang banyak, yang baik, yang diberkahi di dalamnya.”

Seselesainya dari shalat, Rasulullah bertanya, “Siapa yg mengucapkannya tadi?”

Orang itu berkata, “Saya, wahai Rasulullah.”

Rasulullah bersabda, “Sungguh aku melihat lebih dari tiga puluh malaikat berlomba-lomba, siapa di antara mereka yg paling dahulu mencatatnya”. (HR. al-Bukhari no. 799)

PENTING :
Apabila menjadi makmum saat Imam membaca : Sami’allahulimanhamidah, makmum tidak perlu membaca Sami’allahulimanhamidah, tapi langsung menjawabnya dengan membaca doa I’tidal.

BACAAN TASYAHUD AWAL & AKHIR SAMA ?

Kebiasaan masyarakat membaca tahiyat awal hanyalah sampai “…allahumma shalli ‘ala Muhammad” saja.

Lalu pada tahiyat akhir di lanjutkan hingga “fil ‘alamiina innaka hamidum majid”.

Padahal bacaan kedua tahiyat itu sama saja, yang berbeda hanya cara duduknya saja.

Dalil yang mendasarinya,

Dari Ibnu ‘Abbas, katanya: “Adalah Rasulullah saw telah mengajarkan kepada kami bacaan tasyahhud seperti ketika beliau mengajari kami surah Al-Qur’an. Beliau membaca : ‘Attahiyaatul mubaarakaatush shalawaatuth thayyibaatu lillah, assalaamu’alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullaahi wa barakaatuh, assalaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibadillahish shaalihiin, asyhadu al laa ilaaha illallah, wa asyhadu anna muhammmadar rasuulullaah’”. (HR. Muslim dan Abu Dawud)

Basyir bin Sa’ad berkata: “Allah telah memerintahkan kpd kami utk bershalawat kpd engkau. Bgmn kami harus mengucapkannya jika kami bershalawat dalam shalat?”

Rasulullah saw menjawab: “Katakanlah : ‘Allaahumma shalli ‘alaa muhammadiw wa ‘alaa aali muhammad, kamaa shalaita ‘alaa aali ibrahim, wabarik ‘alaa muhammadiw wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarakta ‘aala aali ibrahiima fil ‘alamiin, innaka hamiidum majiid’”. (HR. Ahmad)

KESIMPULAN :
Bacaan TAHIYAT AWAL dan AKHIR adalah SAMA saja, dibaca lengkap : “Attahiyaatul…innaka hamiidum majiid”

☑ POSISI TELUNJUK
Abdullah bin Az-Zubair ra:
“Rasulullah Saw meletakkan tangan kiri di atas lutut kiri dan tangan kanan di atas paha kanan, dan memberi isyarat dengan jari telunjuknya”. (HR. Muslim)
“…sementara pandangan MATA tertuju pada JARI TELUNJUK tsb”. (HR. Muslim)

“Rasulullah membuat lingkaran dengan keduanya (ibu jari dan jari tengah)”. (Abu Dawud, Nasa’i)

KESIMPULANNYA :
1. Isyarat telunjuk sejak awal membaca “Attahiyatul…”
2.Membuat lingkaran antara jari tengah dan jempol.
3. Pandangan kita melihat jari telunjuk.

☑ Isyarat Jari Telunjuk Dalam Duduk Tasyahud

A. ISYARAT TELUNJUK DIANGKAT SAAT MEMBACA LAILAHAILALLAH ?

Kebanyakan orang menyatakan bahwa berisyarat dgn mengangkat jari telunjuk ketika membaca kalimat لاإلهإلاالله.

Hal ini disebutkan oleh Imam An-Nawawy dalam Al-Majmu’ 3/434 dan dalam Minhaj Ath-Tholibin hal.12 dan Subulus Salam 1/362 dan ditambahkan bahwa hal tersebut berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Baihaqy.

Padahal Hadits yg diriwayatkan oleh Imam Al-Baihaqy itu adalah hadits Khafaf bin Ima’ dan di dalam sanadnya ada seorg lelaki yg tdk dikenal yg menyebabkan hadits ini lemah, tdk bisa diamalkan.

B. ISYARAT TELUNJUK DIANGKAT SAAT AWAL MEMBACA TASYAHUD/TAHIYAT s/d SELESAI

Abdullah bin Az-Zubair ra:
“Rasulullah Saw meletakkan tangan kiri di atas lutut kiri dan tangan kanan di atas paha kanan, dan memberi isyarat dengan jari telunjuknya. (HR. Muslim)

Dari Nafi’ beliau berkata:
“Abdullah bin ‘Umar apabila duduk di dalam shalat meletakkan kedua tangannya di atas kedua lututnya dan memberi isyarat dgn jarinya…” (HR. Ahmad)

Berkata Al-Mubarakfury:
“Dhahir hadist-hadist menunjukkan bahwa isyarat dilakukan semenjak awal duduk”. (Tuhfatul Ahwadzy 2/185, Darul Fikr).

disyari’atkannya isyarat jari telunjuk diangkat dari awal s/d akhir tasyahhud.

C. ARAH JARI TELUNJUK & PANDANGAN MATA

“Beliau…sambil mengarahkan jari telunjuk tangan kanannya KE ARAH KIBLAT, sementara pandangan MATA tertuju pada JARI TELUNJUK tsb”. (HR. Muslim, Abu ‘Awanah dan Ibnu Khuzaimah). Tambahan: Dilakukan sampai bacaan tasyahud selesai

D. DIGERAKKAN atau TIDAK ?

Ibn Zubair, “Sesungguhnya Rasul SAW mengacungkan jarinya dan TIDAK MENGGERAKKAN”. (HR. Ahmad, Abu Daud, Nasai, Ibn Hibbaan, dan Huzaimah)

Waail bin Hujair berkata : “…kemudian beliau mengangkat jari telunjuknya, maka aku melihatnya beliau MENGGERAK-GERAKKANNYA sambil berdoa dgnnya”. (Ahmad 4/318, An-Nasai no.889 dan no.1268)

Salam !

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *