KTQS # 678
(SERI RAMADHAN 15)
NIAT PUASA RAMADHAN
Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khattab ra, dia berkata : Saya mendengar Rasulullah saw bersabda :
“Sesunguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya (setiap perbuatan dengan niat). Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridlaan) Allah dan RasulNya, maka hijrahnya kepada (keridlaan) Allah dan Rasulnya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan”.
(HR. Bukhari, Muslim)
Jika meniatkan puasa 1 bulan maka itu sah sah saja. Namun jika tiap malam kita niat untuk puasa besok, itu pun baik.
Niat ada didalam hati.
Tidak perlu diucapkan.
Karena niat adalah amalan hati. (Kecuali niat yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw, lafadznya/bacaannya dan dikeraskan seperti niat umrah/haji).
Kita seharusnya bisa memahami apa itu amalan lisan dan apa itu amalan hati.
Niat yang didalam hati inilah yang akan menentukan ikhlas dan tidaknya suatu amalan maka ia bisa merupakan ibadah yang diterima Allah atau ditolak lantaran niat yang salah.
Fungsi niat menurut FIQH:
1. Membedakan antara adat kebiasaan dan ibadah.
Contoh; beda antara puasa untuk tujuan operasi (kata dokter) dan puasa ibadah.
2. Membedakan antara amalan ibadah satu dan lainnya. Misal: puasa sunnah pada hari senin dan puasa qodho’ yang bertepatan dihari senin. Perbedaannya cuma dalam niat.
3. Tidak ada bacaan khusus niat shaum yang dicontohkan Rasulullah Saw, jadi lakukan sekehendak kita, menggunakan bahasa kita dan ucapkan dalam hati.
4. Ucapan niat shaum Ramadhan yang beredar dimasyarakat itu tidak ada landasannya dan bukan berasal dari Rasulullah Saw.
Salam!