KTQS # 676
(SERI RAMADHAN 13)
SEDEKAH TERANG-TERANGAN & SEMBUNYI-SEMBUNYI
Begini ceritanya, dengar deh percakapan dua orang berikut ini :
“Tadi ada kesempatan bersedekah bareng-bareng, kok tidak ikutan, Mas?”
“Ah, daripada dianggap riya sama orang-orang, mending gak usah bersedekah saja sekalian!”
“Gitu, ya? Padahal itulah riya.”
“Riya gimana? Wong, saya tidak bersedekah!”
“Kalau melakukan amal sholeh karena memikirkan pendapat orang lain, itulah riya”
“Terus?”
“Kalau TIDAK JADI melakukan amal sholeh karena memikirkan pendapat orang lain, itu juga riya. Kan supaya dibilang tidak riya sama orang-orang. Yah, itulah riya”
“Hm…Jadi, baiknya?”
“Terang-terangan atau diam-diam, bareng-bareng atau sendiri-sendiri, tetap saja bersedekah. Kalaupun ada terlintas perasaan macam-macam, yah sudah, istighfar saja”
Memang, sedekah terang-terangan berpotensi menimbulkan riya (pamer). Tapi jangan lupa, sedekah diam-diam juga berpotensi menimbulkan ujub (bangga diri).
Yang dilarang itu bukan terang-terangan atau diam-diamnya. Yang dilarang itu riya dan ujubnya. Jadi, tetaplah bersedekah dan berusahalah untuk ikhlas. Right?
Lebih jauh lagi, sedekah diam-diam punya keutamaan tersendiri. Sedekah terang-terangan juga punya keutamaan tersendiri. Mau seterang 3000 watt juga silakan.
Ringkasnya, sedekah diam-diam boleh. Sedekah terang-terangan juga boleh.
Yang tidak boleh itu, terang-terangan tidak bersedekah… tentunya
“kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman: “Hendaklah mereka mendirikan shalat, menafkahkan SEBAHAGIAN rezki yang Kami berikan kepada mereka secara SEMBUNYI ataupun TERANG-TERANGAN sebelum datang hari (kiamat) yang pada hari itu tidak ada jual beli dan persahabatan”. (Q.S. Ibrahim 31)
Intinya, apapun keadaannya, pokoknya sedekah terus!
Yuk Sedekah…
Salam !