KTQS # 1975
JANGAN MENCERITAKAN DAN MENAMPAKKAN SEMUA NIKMAT YANG KITA TERIMA KEPADA SEMUA ORANG
Menampakkan nikmat yang telah dianugerahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah sebuah perbuatan yang dianjurkan oleh syari’at.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
“Adapun terhadap nikmat dari Rabbmu maka ceritakanlah”. (QS. Adh-Dhuha: 11)
Imam Ibnu Katsir dalam kitab Tafsirnya menyebutkan sebuah riwayat dari Abu Nadhrah rahimahullah, dimana ia berkata:
“Dahulu kaum muslimin (orang-orang shaleh terdahulu) memandang bahwa termasuk di antara bentuk mensyukuri nikmat adalah dengan menceritakannya”. (Tafsir Ibnu Katsir QS. Adh-Dhuha: 11)
Akan tetapi, menampakkan serta menceritakan nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah diterima kepada orang lain, juga perlu pertimbangan dan melihat kepada kondisi orang yang akan diceritakan.
Apabila orang yang akan melihat dan mendengar tersebut diperkirakan merupakan orang yang memiliki sifat hasad maka tidak boleh menceritakan dan menampakkan nikmat tersebut kepadanya. Karena hal itu justru akan memudharatkan, baik bagi orang tersebut maupun bagi yang menceritakan.
Oleh sebab itulah dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang menceritakan rencana yang disitu terdapat nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada orang yang diperkirakan memiliki sifat hasad. Bahkan lebih dianjurkan lagi untuk menutupinya.
“Mintalah bantuan untuk mensukseskan hajatan dengan merahasiakannya. Karena sesungguhnya setiap orang yang mendapatkan nikmat memiliki Mahsud (orang yang hasad kepadanya)”. (HR. Thabrani)
Maka kesimpulannya, bagi kita yang mendapatkan nikmat hendaknya bersikap bijak. Ada nikmat yang boleh kita tampakkan dan ceritakan kepada seorang, ada pula nikmat yang sebaiknya kita sembunyikan dari seorang yang lain. Karena tidak semua orang itu memiliki hati yang baik, bersih dari hasad. Apalagi di Sosmed dimana setiap orang bisa melihat tanpa bisa kita pilih.
Wallahul muwaffiq.