KTQS # 1896
*PUJIAN ITU UJIAN
Tidak ada pujian yang berarti selain pujian Allah. dan tidak ada celaan yang berarti, selain celaan dari Allah. karena Dia-lah Dzat yang mengetahui kondisi hamba-Nya lahir bathin.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Jangan kalian memuji-muji diri kalian sendiri, karena Dia-lah yang paling tahu siapa yang bertaqwa”. (QS. an-Najm: 32)
Doa yang diucapkan oleh Abu Bakar ash-Shiddiq radhiallaahu anhu ketika dipuji,
اَللَّهُمَّ لاَ تُؤَاخِذْنِيْ بِمَا يَقُوْلُوْنَ، وَاغْفِرْلِيْ مَا لاَ يَعْلَمُوْنَ وَاجْعَلْنِيْ خَيْرًا مِمَّا يَظُنُّوْنَ
Allahumma laa tu akhidzni bima yaquuluuna, waghfirlii maa laa ya’lamuuna Waj ‘al nii khairommimmaa yazhunnuun.
“Ya Allah, semoga Engkau tidak menghukumku karena apa yang mereka katakan. Ampunilah aku atas apa yang tidak mereka ketahui. Dan jadikanlah aku lebih baik daripada yang mereka perkirakan”. (HR. Bukhari, Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, 4: 228, no.4876)
“`Begitulah sikap orang beriman, pada saat ada yang memuji, dia takut dan malu.“`
Berbeda dengan orang tidak beriman, bukannya takut malah senang dipuji dan bahkan sampai mencari cari cara agar dipuji oleh orang lain.
Imam Nawawi rahimahullah menuturkan, “Amalan seseorang yang berbuat riya’ (tidak ikhlas), itu adalah amalan batil yang tidak berpahala apa-apa, bahkan ia akan mendapatkan dosa”. (Syarh Shahih Muslim, 18: 115)
Hati-hati pula dengan sifat ujub, yaitu takjub pada diri sendiri. Dalam hadits yang ma’ruf disebutkan,
“Tiga hal yang membawa pada jurang kebinasaan: (1) tamak lagi kikir, (2) mengikuti hawa nafsu (yang selalu mengajak pada kejelekan), dan ujub (takjub pada diri sendiri)“. (HR. Abdur Rozaq 11: 304, Shahihul Jaami’ 3039)
Ujub juga tidak merealisasikan ‘iyyaka nasta’in’ (Hanya kepada Allah kita mohon pertolongan).
Karena ia merasa dirinya-lah yang berbuat. Ditambah ujub pun dapat merusak amalan kebaikan.
Sa’id bin Jubair berkata,
“Sesungguhnya ada seorang hamba yang beramal kebaikan malah ia masuk neraka. Sebaliknya ada pula yang beramal kejelekan malah ia masuk surga. Yang beramal kebaikan tersebut, ia malah merasa ujub (bangga dengan amalnya), lantas ia pun berbangga diri, itulah yang mengakibatkan ia masuk neraka. Ada pula yang beramal kejelekan, namun ia senantiasa takut dan ia iringi dengan taubat, itulah yang membuatnya masuk surga“. (Majmu’ Al Fatawa, 10: 294)
Ya Allah, bersihkanlah diri kami dari sifat tidak ikhlas dan merasa takjub pada diri sendiri. Jadikanlah kami lebih baik daripada yang mereka nilai dan janganlah siksa kami karena pujian mereka.
aamiin ya Rabbal ‘alamin.