ZIARAH KUBUR (4-habis) :
Nama besar (Tokoh) bukan tolak ukur kebenaran
Apabila mereka menjadi tolak ukur kebenaran maka kita telah menyembah mereka dan kubur-
kuburnya menjadi ramai dikunjungi orang untuk mendapatkan berkah dan dimintai pertolongan dan
pada akhirnya kubur mereka menjadi tempat ibadah.
Allah Swt berfirman:
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِّن دُونِ اللَّهِ
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai sesembahan selain Allah,
dan (juga mereka menyembah) Al-Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh
menyembah Rabb Yang Maha Esa; tidak ada sesembahan (yang berhak disembah) selain Dia.
Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan.”
[At-Taubah: 31]Dari ‘Adi bin Hatim dikisahkan bahwa tatkala dia mendengar Nabi saw membaca ayat,
“Mereka (ahlul kitab) menjadikan para ulama (pendeta) dan rahib-rahib (ahli ibadah) mereka sebagai
tuhan sesembahan selain Allah.” (QS. At Taubah [9]: 31)
Maka Adi bin Hatim pun berkomentar kepada Nabi, “Sesungguhnya kami tidak menyembah
mereka.”
Maka Nabi mengatakan, “Bukankah mereka sudah mengharamkan apa-apa yang dihalalkan Allah
kemudian kalian pun ikut mengharamkannya?
Dan bukankah mereka juga menghalalkan apa-apa yang diharamkan Allah kemudian kalian pun ikut
menghalalkannya?”
Adi bin Hatim menjawab, “Memang demikian”
Maka Nabi pun bersabda, “Itulah wujud peribadahan kepada mereka.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
Salam !