KTQS # 1260
HALAL BI HALAL ??
Setelah kita kaji tentang kerancuan kalimat Minal Aidin wal faidzin, yg tidak dikenal dalam kosa kata bahasa arab dan terdengar aneh bagi orang arab, serta tidak ada di kitab manapun.
Tragisnya adalah kalimat doa yg dicontohkan Nabi Saw dan para sahabatnya (Taqabalallahu…) kalah pamor dan tergantikan dgn kalimat itu, namun digemari oleh ummat islam di indonesia.
Keliru berjama’ah ini berlanjut, tentang kata Halal bi halal yg aneh dan juga digemari oleh ummat islam di Indonesia, ini adalah kreatifitas asli bangsa indonesia yg melanggar tatabahasa Arab.
Halal bi halal merupakan kata majemuk yg terdiri atas pengulangan kata bahasa Arab halal diapit satu kata penghubung ba (baca : bi).
Meski dari bahasa Arab, yakinlah, orang Arab sendiri tidak akan mengerti makna sebenarnya halal bi halal karena istilah halal bi halal bukan dari Al-Quran, Hadits, ataupun orang Arab. Bahkan dalam kamus bahasa Arab pun tidak ada istilah halal bi halal.
Ensiklopedi Indonesia, 1978, menyebutkan halal bi halal berasal dari bahasa (lafadz) Arab yg tidak berdasarkan tata bahasa Arab (ilmu nahwu).
Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan halal bi halal sebagai “Acara maaf-memaafkan pada hari Lebaran”. Gak nyambung banged, lagi pula tidak ada dalam sunnah bermaaf-maafan di saat ‘idul Fitri, tp sunnahnya adalah saling mendoakan (Taqabalallahu…)
Dalam kamus bahasa Jawa-Belanda Dr. Th. Pigeaud thn 1938, kata halal bi halal menjadi kata ‘alal behalal’ dgn arti yg sama dgn Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Menurut Ensiklopedi Islam, 2000, hingga abad sekarang, di negara-negara Arab maupun di negara Islam lainnya tradisi ini tidak ditemukan.
Jadi istilah halal bi halal dan juga Minal aidin walfaidzin, adalah kekeliruan massal.
Semoga Mahkamah Konstitusi Bahasa Arab segera memperbaiki kekeliruan massal yg massif, terstruktur dan sistematis ini ?
Salam !