KTQS # 1211
MENYIKAPI BULAN SYA’BAN SESUAI SUNNAH RASULULLAH SAW
Tentang Keutamaan Puasa Bulan Sya’ban
Dari A’isyah ra menceritakan, “Aku tidak pernah melihat Rasulullah saw puasa satu bulan penuh kecuali pada bulan Ramadhân dan aku tidak pernah melihat Beliau saw puasa lebih banyak dalam sebulan dibandingkan dengan puasa Beliau pada bulan Sya’ban”. (HR Bukhari, no. 1969 dan Muslim, no. 1156 dan 176)
“Beliau saw berpuasa penuh pada bulan Sya’ban”. (HR.Bukhari, no. 1970)
“Beliau saw berpuasa pada bulan Sya’ban kecuali sedikit”. (HR Muslim, no. 1156 dan 176)
Dari hadits ini dapat diambil kesimpulan : Bahwa puasa dibulan Sya’ban adalah disyariatkan dan disunnahkan. Puasa yg dimaksudkan disini adalah memperbanyak puasa-puasa sunnah seperti, Senin-Kamis, Yaumul bidh, Daud, Membayar hutang puasa wajib tahun lalu.
Adapun mengkhususkan pada hari tertentu seperti berpuasa disiang hari dihari tertentu dan shalat dimalam hari dimalam tertentu, serta berdzikir & membaca doa khusus, Berkumpul dimasjid dgn melakukan ibadah-ibadah khusus, Saling meminta maaf, itu semua tidak ada dalam sunnah nabi saw.
Jangan terkecoh, banyak sekali hadits-hadits palsu yg beredar tentang Keutamaan bulan Sya’ban.
Padahal Allah sudah menyatakan,
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”. (Qs al-Maidah [5] : 3)
Jika ibadah terkait sya’ban bagian dari agama Allah, tentu Allah swt jelaskan dalam kitab-Nya, atau dijelaskan oleh Rasulullah saw melalui ucapan maupun perbuatan Beliau.
Ketika keterangan itu tidak ada, itu berarti hal-hal tsb bukan bagian dari agama Allah swt, walau tampak baik dan bagus. Karena ibadah itu diterima tidak cukup hanya baik atau bagus tapi juga harus benar sesuai petunjuk Allah & Rasul-Nya.
Jika syarat diterima ibadah hanya baik & bagus saja, alangkah banyaknya orang-orang mengarang-ngarang bentuk ibadah sesuai keinginan akalnya.
Salam !