KTQS # 1196
SYARAT DITERIMA AMAL : IKHLAS & ITTIBA’
> IKHLAS
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan “Niat adalah maksud yang diinginkan dari amal”. (Jaami’ul Masaail oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah hal. 7).
“Niat dalam seluruh ibadah tempatnya di hati bukan di lisan dan hal ini telah disepakati para ‘ulama kaum muslimin. Seandainya ada seorang yg melafadzkan niat dan hal itu berbeda dgn niat yg ada dalam hatinya maka yg menjadi tolak ukur berpahala atau tidaknya amal adalah niat yg ada dalam hatinya bukan yg ada di lisannya”. (Al Fatawatul Qubro oleh Ibnu Taimiyah, hal. 87/II)
An Nawawi Asy Syafi’i menukil dalam kitabnya At Tibyan perkataan ustadz Abu Qosim Al Qusairiy hal 50, beliau mengatakan, “Ikhlas adalah engkau mentauhidkan/menunggalkan niatmu dalam keta’atan kepada Allah Swt yaitu engkau berniat mendekatkan diri kepada Allah dgn amal ketaatanmu tanpa mengharapkan dari mahluk suatu apapun dari hal tsb berupa pujian dari manusia dan lain sebagainya”.
> ITTIBA‘
Ittiba’ kepada Nabi saw dalam Beramal adalah Bukti Cinta pada Beliau
Sudah barang tentu seorang muslim cinta pada Nabi Muhammad saw, bukti kalau kita cinta kepada Allah adalah ittiba’/mengikuti beliau shallallahu ‘alaihi was sallam terutama dalam beramal, sebagaimana firman Allah ‘azza wa jalla : “Katakanlah (Wahai Muhammad) jika mereka mencintai Allah maka ikutilah aku (Muhammad) maka Allah akan mencintai kalian”. (QS. Al ‘Imron [3] : 31).
Maka di antara konsekwensi dari mencintai Allah dan mengimani kerasulan Rasulullah saw adalah mengikuti sunnahnya.
Bahkan mengikuti apa yg beliau perintahkan adalah hak beliau yg teragung yg harus kita tunaikan. (Syarh Tsalatsatul Ushul hal. 98)
Allah swt menyampaikan :
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yg baik bagimu”. (QS. Al-Ahzaab: 21)
Nabi saw mengingatkan :
“Barang siapa mengamalkan suatu amalan yang bukan dari kami maka amal itu tertolak”. (HR. Muslim)
Salam !