KTQS # 1969 MENGINGAT KEMATIAN

KTQS # 1969

MENGINGAT KEMATIAN

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,

“Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan (yakni kematian)”. (HR. At-Tirmidzi no. 2307, An-Nasa’i no. 1824)

Kajian hadits nya :

1- Disunnahkannya setiap muslim yang sehat ataupun yang sedang sakit untuk mengingat mati dengan hati dan lisannya, serta memperbanyak mengingatnya hingga seakan-akan kematian di depan matanya. Karena dengannya akan menghalangi dan menghentikan seseorang dari berbuat maksiat serta dapat mendorong untuk beramal ketaatan.

2- Mengingat mati di kala dalam kesempitan akan melapangkan hati seorang hamba. Sebaliknya, ketika dalam kesenangan hidup, ia tidak akan lupa diri dan mabuk kepayang. Dengan begitu ia selalu dalam keadaan bersiap untuk “pergi”. (Dalam Bahjatun Nazhirin, 1/634)

Hadits lainnya :

Dari Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhu mengabarkan,

“Aku sedang duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tatkala datang seorang lelaki dari kalangan Anshar. Ia mengucapkan salam kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu berkata,

‘Ya Rasulullah, mukmin manakah yang paling utama?’

Beliau menjawab,

‘Yang paling baik akhlaknya di antara mereka.’

‘Mukmin manakah yang paling cerdas?’, tanya lelaki itu lagi.

Beliau menjawab:

“Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdas.”

(HR. Ibnu Majah no. 4259, Ash-Shahihah no. 1384)

Pendapat lainnya :

Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullahu berkata, Ad-Daqqaq berkata,

“Siapa yang banyak mengingat mati, ia akan dimuliakan dengan tiga perkara:

  • Bersegera untuk bertaubat,
  • Hati merasa cukup, dan
  • Giat/semangat dalam beribadah.

Sebaliknya, siapa yang melupakan mati ia akan dihukum dengan tiga perkara:

  • Menunda taubat,
  • Tidak ridha dengan perasaan cukup dan
  • Malas dalam beribadah.

Maka berpikirlah, wahai orang yang tertipu, yang merasa tidak akan dijemput kematian, tidak akan merasa sekaratnya, kepayahan, dan kepahitannya.

Cukuplah kematian sebagai pengetuk hati, membuat mata menangis, memupus kelezatan dan menuntaskan angan-angan. Apakah engkau, wahai anak Adam, mau memikirkan dan membayangkan datangnya hari kematianmu dan perpindahanmu dari tempat hidupmu yang sekarang?”.

(Dalam At-Tadzkirah, hal. 9)

Jadilah orang cerdas !

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *