KTQS # 1713
LELAKI DIBEBANI DOSA KARENA EMPAT PEREMPUAN?
Disebutkan Allah dalam al-Quran,
وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى
Seseorang tidak akan menanggung dosa orang lain.
Pernyataan ini Allah sebutkan 4 kali dalam al-Quran, di surat al-An’am: 164, al-Isra: 15, Fathir: 18, dan az-Zumar: 7.
Karena setiap jiwa menanggung amalnya sendiri-sendiri.
Allah berfirman,
كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ
“Setiap jiwa tergadaikan dengan amalnya.” (QS. al-Muddatsir: 38).
Termasuk maksiat yang dilakukan seseorang, dia sendiri yang akan menanggungnya. Bukan orang lain.
QS An-Najm :39 “dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.”
Namun demikian, ayah sebagai kepala dan penanggung jawab rumah tangga akan berdosa kalau dia melakukan pembiaran dan tidak mendidik anaknya dengan ilmu agama yang cukup.
Jadi dosanya bukan karena mendapatkan dosa dari perbuatan orang lain tapi medapatkan dosa karena pembiaran, dosa tidak mendidik, jika didikan sudah dilakukan maka tidak terkena dosa pembiaran.
Tapi seseorang mendapatkan cipratan dosa jika orang tsb mencontohkan hal buruk lalu di ikuti oleh orang lain, demikian juga akan mendapatkan cipratan pahala jika melakukan hal baik lalu diikuti oleh orang lain.
“Siapa yang mempelopori satu kebiasaan yang buruk dalam islam, maka dia mendapatkan dosa keburukan itu, dan dosa setiap orang yang melakukan keburukan itu karena ulahnya, tanpa dikurangi sedikitpun dosa mereka.” (HR. Muslim)
*Sedangkan hadits yang sangat populer dalam masyarakat seperti,*
*_“Satu langkah wanita keluar rumah tanpa menutup aurat, satu langkah pula ayahnya hampir masuk neraka. Satu langkah seorang istri keluar rumah tanpa menutup aurat, satu langkah suaminya hampir masuk neraka”._*
*_“Maka aku tanggung dosa-dosanya si dia dari ayah dan ibunya, dosa apa saja yang telah dia lakukan, dari tidak menutup aurat hingga ia meninggalkan sholat. Semua yang berhubungan dengan si dia, aku tanggung dan bukan lagi orang tuanya yang menanggung, serta akan aku tanggung semua dosa calon anak-anakku.” Jika aku gagal, maka aku adalah suami yang fasik, ingkar dan aku rela masuk neraka, aku rela malaikat menyiksaku hingga hancur tubuhku.”_*
*Kedua hadits ini adalah HADITS PALSU yang bukan perkataan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam alias tidak ada sanadnya, tidak ada jalur periwayatannya yang sampai ke Rasulullah, terbukti Nabi tidak pernah bersabda seperti itu. Memang miris kadang, hadis palsu bisa sangat populer.*
Kesimpulannya, Al-Qur’an menyatakan setiap orang mempertanggungjawabkan amalnya masing-masing dan tidak menanggung dosa orang lain.
وَلَا تَزِرُ وَازِرَةࣱ وِزۡرَ أُخۡرَىٰۚ وَإِن تَدۡعُ مُثۡقَلَةٌ إِلَىٰ حِمۡلِهَا لَا یُحۡمَلۡ مِنۡهُ شَیۡءࣱ وَلَوۡ كَانَ ذَا قُرۡبَىٰۤۗ إِنَّمَا تُنذِرُ ٱلَّذِینَ یَخۡشَوۡنَ رَبَّهُم بِٱلۡغَیۡبِ وَأَقَامُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَۚ وَمَن تَزَكَّىٰ فَإِنَّمَا یَتَزَكَّىٰلِنَفۡسِهِۦۚ وَإِلَى ٱللَّهِ ٱلۡمَصِیر
“Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika seseorang yang dibebani berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul bebannya itu tidak akan dipikulkan sedikit pun, meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya…”. (Q.S Fathir : 18)
Barakallahu fiikum.