KTQS # 1491
TERTAWA & MENANGIS (5)
TERTAWA YANG BERBUAH KEBAIKAN
Saat hati gembira atau ada sebab lain yang dibenarkan syar’i
Tertawa yang diperbolehkan adalah tertawa yang tidak mengeraskan suara seperti kebiasaan orang jahiliyah, akan tetapi cukup perlahan saja atau tersenyum dan boleh menampakkan gigi seri.
“Sesungguhnya aku dilarang meratap. Dilarang dua suara yang jahat: mengeraskan suara ketika tertawa pada saat mendapatkan nikmat, bermain-main, senda gurau dan terompet setan, dan dari suara jeritan menangis pada saat kena musibah, menggaruk wajah, menyobek saku dan teriakan setan.” (HR. Tirmidzi 4/226)
Saat bergembira ketika mendapatkan nikmat terutama nikmat iman dan Islam
Anas bin Malik ra berkata : “Ketika Rasulullah saw bersama kami, tiba-tiba beliau terlena sesaat, kemudian beliau mengangkat kepala sambil tersenyum. Kami bertanya : ‘Wahai Rasulullah, apa yang membuat Anda tertawa?’ Beliau saw menjawab : ‘Baru saja satu surat diturunkan kepadaku, yaitu surat al-Kautsar.” (HR. Muslim 607)
Senyum bila menjumpai saudara yang beriman
Abu Dzar ra berkata : “Rasulullah saw bersabda : “Jangan meremehkan kebaikan, walaupun hanya sedikit semisal berwajah ceria (senyum) ketika bertemu dengan teman.” (HR. Muslim 8/37)
Senyum seperti ini sungguh sangat baik, karena menunjukkan lapang dada. Tetapi harus benar dalam penempatannya. Di antara senyuman yang dianjurkan adalah senyumnya istri kepada suami, orang tua kepada anaknya atau sebaliknya, tuan rumah kepada tamunya, dan kepada manusia secara umum walaupun kepada orang yang hati kita kurang senang kepadanya.
Saat senyum harus simetris antara ujung bibir kiri dan kanan, jangan sampai salah satu lebih tinggi dari yang lain ?
Selamat tersenyum ?
TAMAT
Salam !