KTQS # 968
NATAL, TAHUN BARU & LIBURAN
Semua orang tahu bahwa perayaan tahun baru masehi bukanlah kebudayaan islam. Bahkan kebudayaan ini berasal dari kebudayaan non muslim, apatah lagi Natal.
Dan Rasulullah saw mengajarkan kepada umatnya untuk meninggalkan dan menjauhi perayaan-perayaan terutama yg berulang pada setiap tahunnya (’Ied) yg berasal dari non muslim.
Dari Anas bin Malik ra, dia berkata, saat Rasulullah saw datang ke Madinah, mereka memiliki dua hari besar untuk bermain-main. Lalu beliau bertanya, “Dua hari untuk apa ini ?”. Mereka menjawab, “Dua hari di mana kami sering bermain-main di masa Jahiliyyah”. Lantas beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah telah menggantikan bagi kalian untuk keduanya dua hari yg lebih baik dari keduanya, yaitu, Iedul Adha dan Iedul Fithri”. (HR. Abu Dawud)
Dan dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash ra, dia berkata, “Barangsiapa yg berdiam di negeri-negeri (yg asing yg tdk berlaku syariat Islam), lalu membuat tahun baru dan festival seperti mereka serta menyerupai mereka hingga dia mati dalam kondisi demikian, maka kelak dia akan dikumpulkan pada hari kiamat bersama mereka”. (Lihat ‘Aun Al-Ma’bud Syarh Sunan Abi Daud, Syarah hadits no. 3512)
Maka, sikap hamba-hamba Allah yang beriman, terhadap perayaan orang-orang non muslim adalah tidak mengikutinya, yg termasuk bentuk merayakan seperti mengucapkan, menghadiri, atau minimal hanya membeli terompet saja untuk merayakannya,
Namun, bukan berarti kita berdiam diri saja dirumah, karena biasanya saat itu adalah hari libur panjang, dan tidak mengapa mengisinya dengan berlibur bersama keluarga tercinta ke tempat-tempat rekreasi tanpa bermaksud merayakan tahun baru al-masih.
Selamat berlibur…
Salam !