KTQS # 1747
POSTINGAN YANG RIYA ATAU KITA YANG TERLAMPAU SUUDZON
Andai orang lain tak memposting kegiatan sedekah nasi bungkus di hari Jumat, kita mungkin nggak kepikiran untuk melakukan hal yang sama.
Andai orang lain nggak pernah memposting foto foto keindahan bumi Allah tempat dia travelling, kita mungkin nggak akan tau kalo ciptaan Allah itu bener bener Maha Indah.
Andai orang lain nggak memposting resep resep keren beserta foto masakan jadinya, mungkin menu kita hanya Telor dadar, Telor ceplok saja, nggak kepikiran buat menvariasikan menjadi beragam rasa.
Andai orang lain nggak memposting sedekah seragam sekolah bersih ke sekolah sekolah yang mayoritas muridnya adalah kaum dhuafa, andai dia nggak memposting kegembiraan ananda dhuafa menerima seragam baru, setelah bertahun tahun hanya memiliki 1 seragam yg udah koyak, udah kekecilan, udah tak lengkap kancingnya…mungkin kita nggak akan kepikiran melakukan sedekah yang sama.
Andai orang lain tak memposting kegiatan mereka membagikan alquran ke mushola mushola kampung, ke TPA TPA, ke majlis ta’lim, ke pesantren pesantren, dan kemudian alquran itu sampai pada tangan yg tepat, selalu dibaca, sehingga insyaallah menjadi amalan sedekah jariyah, mungkin kita gak akan kepikiran bersedekah dengan cara yang sama.
Kalau orang lain nggak pernah memposting foto foto Mesjid Nabawi, foto foto Mesjidil Haram, nggak menceritakan ketentraman bathin yang mereka rasakan selama ibadah disana, mungkin kita nggak akan pernah disentuh oleh rindu yang dahsyat untuk juga ingin melakukan ibadah yg sama disana.
Postingan postingan orang lain, acapkali membuka cakrawala pikiran kita, bahwa sedekah itu banyak jenisnya, nggak sekedar sedekah ala
konvensional memberi sekian ribu pada pengemis yg mengetuk pintu atau meminta di pinggir jalan.
Andai kita bisa menerima setiap postingan orang lain sebagai wahana meningkatkan kualitas diri kita menjadi hamba Allah yg lebih baik dari hari ke hari.
Tapi… kalau segalanya kita tuduh riya, kalau semua tulisan kita sangka pamer, lalu postingan postingan itu tak ada lagi, lalu dari mana kita bisa tau pengalaman pengalaman hebat orang lain?
Kalau seluruh goresan kegiatan baik, tak ada lagi yang share atau posting, lalu bagaimana kita bisa belajar kalau segala hal hebat hanya untuk dipendam?
Urusan niat, biarlah menjadi urusan mereka dengan Allah saja, tak perlu kita mengintervensi urusan hati seorang hamba dengan Tuhannya.
Kita nggak perlu repot repot memastikan orang lain mampu memanage niat postingannya, cukuplah kita memanage hati kita saja untuk nggak gampang menuduh orang lain riya, cukuplah kita memanage hati kita saja agar selalu positif dan terbuka menerima hal hal baik yang disampaikan orang lain.
Adalah suatu hak positif kalau kita mengingatkan orang lain untuk tulus, tapi akan lebih bernilai positif lagi kalau kita juga selalu mengingatkan hati sendiri untuk tak gampang menuduh/memvonis negatif.
Andai dia riya, lalu pahala sedekahnya menguap bak embun di jemur cahaya, mungkin dia mendapat ganti pahala karena dia telah menginspirasi orang lain untuk melakukan kegiatan baik seperti postingannya.
Andai dia pamer, lalu kehilangan pahala atas pamernya, tapi postingannya bisa jadi menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi pembacanya. Lalu dia taubat sama Alloh atas sikap pamer yang pernah dia lakukan, dan Allah mengampuninya, lalu postingan yang telah di-share kemana mana itu Allah hitung sebagai amalan jariyah sebagai ilmu yg bermanfaat bagi khalayak, bisa saja kan?
Sahabat yang telah memposting banyak kegiatan baik yang kalian lakukan, aku haturkan terimakasih atas postingan postingan kalian.
Kalian menginspirasi..
Semoga di sisa umur kita, sampai ujung usia, sampai akhirnya nyawa tak lagi bersatu di raga, kita semua menjadi bagian penghuni bumi yang selalu membawa kebaikan dan kebermanfaatan. Aamiin.
Semangat….
Tetap berlomba-lomba lah dalam kebaikan dan amal sholeh.
Semoga Allah merahmati kita semua.
(Viral di WAG 😃👍)