KTQS # 1617
MENENTUKAN IMAM KETIKA SHALAT BERJAMAAH
Menimbang Diri, Apakah Dirinya Layak Menjadi Imam Untuk Jama’ah, Atau Ada Yang Lebih Afdhal Darinya?
Penilaian ini tentu berdasarkan sudut pandang syari’at. Diantara yang harus menjadi penilaiannya ialah :
1. Harus Menyadari Kemampuan akan Kefasihan dan kealiman dirinya.
Maksudnya, jika ada yang lebih fasih dalam membawakan bacaan Al Quran dan lebih ‘alim, sebaiknya dia mendahulukan orang tersebut. Hal ini ditegaskan oleh hadits yang diriwayatkan Abi Mas`ud Al Badri Radhiyallahu ‘anhu , dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Yang (berhak) menjadi imam (suatu) kaum, ialah yang paling pandai membaca Kitabullah. Jika mereka dalam bacaan sama, maka yang lebih mengetahui tentang sunnah. Jika mereka dalam sunnah sama, maka yang lebih dahulu hijrah. Jika mereka dalam hijrah sama, maka yang lebih dahulu masuk Islam (dalam riwayat lain: umur). Dan janganlah seseorang menjadi imam terhadap yang lain di tempat kekuasaannya (dalam riwayat lain: di rumahnya). Dan janganlah duduk di tempat duduknya, kecuali seizinnya”. (HR. Muslim 2/133. Lihat Irwa` Ghalil 2/256-257)
2. Seseorang Yang Menjadi Imam Harus Mengetahui Hukum-Hukum Yang Berkaitan Dengan Shalat, Dari Bacaan-Bacaan Shalat Yang Shahih, Hukum-Hukum Sujud Sahwi Dan Seterusnya.
Karena seringkali kita mendapatkan seorang imam memiliki bacaan yang salah, sehingga merubah makna ayat.
Oleh sebab itu pilihlah orang yang paling baik bacaan al-Quran nya, jangan menyepelekan hal ini dengan menunjuk orang yang tidak fasih untuk menjadi imam, karena itu menyalahi perintah & sunnah.
Berdosalah orang yang fasih dan ‘alim tapi diam saja melihat kemungkaran ini, membiarkan orang yang tidak mampu untuk menjadi imam, apalagi sampai ikut memilihnya menjadi imam padahal dia tahu akan ketidakfasihannya dalam membaca al-Quran.
Janganlah shalat ini dijadikan permainan dan senda gurau.
Salam !
08112274573 (WA)
