KTQS # 1794
SAHABAT SURGA (2)
Lalu bagaimana jika teman kita adalah orang kafir? Inilah petunjuk Allah mengenai hal itu.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
لَا يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُوْنَ الْكٰفِرِ يْنَ اَوْلِيَآءَ مِنْ دُوْنِ الْمُؤْمِنِيْنَ ۚ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللّٰهِ فِيْ شَيْءٍ اِلَّاۤ اَنْ تَتَّقُوْا مِنْهُمْ تُقٰٮةً ۗ وَيُحَذِّرُكُمُ اللّٰهُ نَفْسَهٗ ۗ وَاِ لَى اللّٰهِ الْمَصِيْرُ
laa yattakhizil-mu`minuunal-kaafiriina auliyaaa`a ming duunil-mu`miniin, wa may yaf’al zaalika fa laisa minallohi fii syai`in illaaa ang tattaquu min-hum tuqooh, wa yuhazzirukumullohu nafsah, wa ilallohil-mashiir
“Janganlah orang-orang beriman menjadikan orang kafir sebagai pemimpin, melainkan orang-orang beriman. Barang siapa berbuat demikian, niscaya dia tidak akan memperoleh apa pun dari Allah, kecuali karena (siasat) menjaga diri dari sesuatu yang kamu takuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu akan diri (siksa)-Nya, dan hanya kepada Allah tempat kembali”. (QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 28)
Lalu Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَلَنْ تَرْضٰى عَنْكَ الْيَهُوْدُ وَلَا النَّصٰرٰ ى حَتّٰى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ قُلْ اِنَّ هُدَى اللّٰهِ هُوَ الْهُدٰى ۗ وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ اَهْوَآءَهُمْ بَعْدَ الَّذِيْ جَآءَكَ مِنَ الْعِلْمِ ۙ مَا لَـكَ مِنَ اللّٰهِ مِنْ وَّلِيٍّ وَّلَا نَصِيْرٍ
wa lang tardhoo ‘angkal-yahuudu wa lan-nashooroo hattaa tattabi’a millatahum, qul inna hudallohi huwal-hudaa, wa la`inittaba’ta ahwaaa`ahum ba’dallazii jaaa`aka minal-‘ilmi maa laka minallohi miw waliyyiw wa laa nashiir
“Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya). Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, tidak akan ada bagimu pelindung dan penolong dari Allah”. (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 120)
Di akhirat kelak orang kafir tidak akan pernah bisa menolong orang muslim, begitu pula sebaliknya.
Namun tidaklah mengapa kita berteman dengan orang kafir, asalkan tidak menjadi sahabat dekat yang sehari-hari bersama dengan meninggalkan sahabat-sahabat muslim, jika itu dilakukan maka Allah akan meninggalkannya dan akan melepaskan tali pertolongan-Nya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Orang itu tergantung agama temannya. Maka lihatlah siapa teman kalian”. (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Jangan bersahabat kecuali dengan orang mu’min… (sesama muslim)”. (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
Betapa beruntung & bersyukurnya bersahabat dengan muslim yang shaleh.
Umar bin khatab berkata,
“Tidaklah seseorang diberikan kenikmatan setelah Islam, yang lebih baik daripada kenikmatan memiliki saudara (semuslim) yang saleh. Apabila engkau dapati salah seorang sahabat yang saleh maka pegang lah erat-erat”. (Quutul Qulub 2/17)
Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan agar kita berhati-hati untuk mencari sahabat, syarat utamanya adalah mencari sahabat mukmin.
Berteman, berbisnis dan membantu dengan tulus selain muslim itu baik dan diwajibkan diukur dari sisi kemanusian, namun menjadikannya sebagai sahabat dekat dengan meninggalkan sahabat mukmin tentu ini melanggar apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sampaikan.
Sampai Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan jika kita ingin tahu kebiasaan seseorang seperti apa maka lihatlah teman karibnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian”. (HR. Abu Daud no. 4833, Tirmidzi no. 2378, Ahmad 2/344, dari Abu Hurairah. Lihat Shohihul Jaami’ 3545)
Al-Mushahabatu tasriqu thabii’ah, artinya PERSAHABATAN itu bisa MENCURI TABIAT.
Maka kita jangan main-main mencari sahabat dekat, bersahabatlah dengan orang mukmin tidak dengan yang lain.
Dan ingat pepatah mengatakan,
ﺻﺪﻳﻘﻚ ﻣﻦ ﺻﺪﻗﻚ ﻻ ﻣﻦ ﺻﺪﻗﻚ
“Shadiqaka man shadaqaka laa man shaddaqaka”
“Sahabat sejati-mu adalah yang senantiasa jujur (kalau salah diingatkan), bukan yang senantiasa membenarkanmu”
Karena yang dapat menasihatimu tentang hak dan kewajiban seorang muslim dalam hidupnya hanya sahabat mukmin.
Allahumma yassir lii jaliisan shalihan, Ya ALLAH mudahkanlah bagiku mendapatkan sahabat yang shalih.
Allahul musta’an.
Hanya Allah tempat meminta pertolongan.