Kajian Tematis al-Qur’an
& as-Sunnah # 319
HAJAR ASWAD
(Seri Masjidil Haram 3)
Hajar Aswad adalah batu berwarna hitam kemerah-merahan, terletak di sudut selatan, sebelah kiri pintu Ka’bah. Ketinggiannya 1,10 m dari permukaan tanah. Ia tertanam di dinding Ka’bah.
Dahulu, Hajar Aswad berupa satu batu yg berdiameter ± 30 cm. Akibat berbagai peristiwa, skrg Hajar Aswad tersisa 8 butir batu kecil sebesar kurma yg dikelilingi oleh bingkai perak. Namun, tdk semua yg terdapat di dalam bingkai adalah Hajar Aswad. Butiran Hajar Aswad tepat berada di tengah bingkai.
Dalam sebuah hadits yg diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, Rasulullah saw bersabda, “Hajar Aswad turun dari surga dalam keadaan lebih putih daripada susu. Lalu, dosa-dosa Bani Adam lah yg membuatnya hitam”
Demikianlah, bagian dalam Hajar Aswad berwarna putih, sedangkan bagian luarnya berwarna hitam. Hajar Aswad selalu dimuliakan, baik pada masa Jahiliah, maupun setelah Islam datang.
Pada tahun 317 H Abu Thahir Al-Qurmuthi, kepala suku Syi’ah Ismailiyah mencuri Hajar Aswad dan mengangkutnya ke negaranya di kota Ahsa’ Bahrain. Baru setelah 22 tahun (tahun 339 H) batu itu dikembalikan ke Mekah oleh Khalifah Abbasiyah Al-Muthi’ lillah setelah ditebus dgn uang sebanyak 30.000 Dinar.
Amirul Mu’minin, Umar bin Khattab ra ketika beliau mencium hajar aswad mengatakan, “Sesungguhnya aku tahu bahwa engkau (hajar aswad) tdk dapat mendatangkan bahaya, tdk jg manfa’at. Kalau sekiranya aku tdk melihat Rasulullah saw menciummu, niscaya aku tdk akan menciummu”. (Muttafaq’alaihi)
Jadi mencium Hajar Aswad itu adalah mencontoh Rasulullah (Ittiba’), sdgkan fadhilah menciumnya tdk ada dalil yg menerangkannya.
Demikianlah ketaatan total seorang sahabat, yakin akan kebaikan yg terdapat didalam Sunnah Rasulullah saw, dgn tdk mengarang-ngarang fadhilah mencium hajar aswad maka akan begini dan begitu, seperti yg sering kita dengar dimasyarakat, sdgkan Rasulullah saja tdk berani mengatakan itu.
Salam !