SUBHANAHU WA TA’ALA
KTQS # 1362
SUBHANAHU WA TA’ALA
An-Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Dianjurkan bagi penulis hadits apabila melalui penyebutan (nama) Allah agar menuliskan kata-kata ‘azza wa jalla (yang maha perkasa lagi mulia) atau ta’ala (yang maha tinggi), atau subhanahu wa ta’ala (yang maha suci lagi tinggi), atau tabaraka wa ta’ala (penuh berkah dan maha tinggi), atau jalla dzikruhu (yang mulia sebutannya), atau tabarakasmuhu (pemilik nama yang penuh berkah), atau jallat ‘azhamatuhu (maha mulia kebesarannya), atau yang serupa dengannya…”
Agar yg membacanyapun ikut mengucapkan kata tsb. Semua lafaz tersebut adalah sifat-sifat kemuliaan dan keagungan Allah SWT.
1. Makna ”Allah”
Secara etimologi, lafaz ”Allah” berasal dari kata: إلــه (i-la-h), artinya: ”yang disembah.”
Ketika lafaz ”إلــه” (i-la-h) dimasuki huruf ”ma’rifah” alif dan lam ال (al), maka huruf hamzah إ (i) dibuang untuk mempermudah pengucapan. Dari sini lafaz ”إلــه” (i-la-h) pun menjadi ”اللــه” (Allah). (Kamus Mukhtar Ash-Shahhah, Zainuddin Ar-Razy).
Untuk diketahui, ”ma’rifah” dalam bahasa Arab adalah istilah yang digunakan untuk nama yang khusus/tertentu.
2. Makna “Subhanahu wa Ta’ala”
Rincian maknanya adalah:
– Subhanahu, artinya: Yang Mahasuci
– wa, artinya : dan
– Ta’ala, artinya: Yang Mahatinggi
Allah yang Mahasuci dan Mahatinggi.
Perlu diperhatikan, meski pun secara bahasa lafaz ”Allah” berarti ”Tuhan”, sebagai seorang muslim kita harus tetap meyakini bahwa ”Allah” adalah nama bagi ”Zat” Tuhan Pencipta dan Pengatur alam semesta ini. Sebab Al-Qur’an sendiri – yang notabenenya wahyu Tuhan – menegaskan bahwa ”Allah” adalah nama bagi Tuhan Pencipta dan Penguasa jagad raya ini.
Karena itu seyogyanya agar saat mengucapkan nya dilakukan dengan baik, benar dan dengan penuh rasa hormat kepada Allah Sang Maha Pencipta, kecuali memang menyepelekannya.
Salam !